PUBLIKASI HASIL ANALISIS DATA PENGUKURAN STUNTING TINGKAT KOTA KENDARI TAHUN 2023
Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang badan atau tinggi badannya berada di bawah standar. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK) seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor kekurangan gizi yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha dan masyarakat. Pada Tahun 2023, Pemerintah Kota Kendari telah mengadakan Rembuk Stunting dan Penggalangan Komitmen dalam upaya penanggulangan stunting. Tahapan aksi konvergensi telah dilakukan, salah satunya dengan menetapkan 23 Kelurahan lokus stunting tahun 2023 berdasarkan SK Walikota Kendari Nomor 342 tahun 2023 untuk diberikan intervensi spesifik dan sensitif di wilayah tersebut.
Perkembangan Prevalensi Stunting di Kota Kendari tiga tahun terakhir (tahun 2021-2023) cenderung meningkat, secara umum prevalensi stunting mengalami peningkatan yakni tahun 2021 dari 0,95% meningkat menjadi 1,40% di tahun 2022 dan sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2023 yakni 1,69%. Gambaran Prevalensi Stunting di Kota Kendari dapat dilihat pada grafik berikut :
GRAFIK 1. TREND PREVALENSI BALITA STUNTING PER KECAMATAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2021 – 2023

Berdasarkan grafik di atas, dari 11 Kecamatan di Kota Kendari, Kecamatan Kendari Barat dengan prevalensi tertinggi pada tahun 2021 yakni 2,24%, disusul Kecamatan Kendari dengan prevalensi 1,84% dan Kecamatan Puuwatu dengan prevalensi 1,51%. Pada tahun 2022 terjadi pergeseran dimana pervalensi stunting tertinggi terjadi di Kecamatan Kendari yakni 2,37%, disusul Kecamatan Kendari Barat 2,57% dan Kecamatan Wua-Wua 2,34%. Pada Tahun 2023 Prevalensi tertinggi terjadi di Kecamatan Kendari Barat yakni 3,53%, disusul Kecamatan Kendari 3,26% dan di urutan ketiga Kecamatan Abeli yakni 2,90%. Jadi terdapat 5 Kecamatan dengan angka prevalensi stunting tertinggi tahun 2021-2023 yaitu Kecamatan Kendari Barat, Kendari, Abeli, Wua-Wua dan Puuwatu.
Berdasarkan hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevalensi stunting Kota Kendari sebesar 24 % dan turun menjadi 19,5% di tahun 2022. Adanya perbedaan prevalensi stunting antara E-PPGBM dan SSGI tersebut tidak menjadi hal yang perlu diperdebatkan karena masing-masing menggunakan metode yang berbeda. Hasil pengukuran berdasarkan E-PPGBM merupakan hasil pengukuran berbasis pelayanan baik di posyandu maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan dilakukan setiap bulan, sedangkan SSGI berbasis survey dan dilakukan pada periode waktu tertentu.
GRAFIK 2. TREND PREVALENSI BALITA STUNTING KOTA KENDARI BERDASARKAN HASIL SSGITAHUN 2021 – 2022

GRAFIK 2. TREND PERKEMBANGAN JUMLAH BALITA STUNTING PER-KECAMATAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2021 – 2023
Sebaran Balita Stunting Per-Kecamatan di Kota Kendari Tahun 2020-2023 dapat dilihat pada grafik berikut :

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah balita Stunting di Kota Kendari rata-rata mengalami peningkatan dari Tahun 2021 ke Tahun 2022 yaitu 277 orang menjadi 365 orang, dan di Tahun 2023 mengalami juga peningkatan yaitu 451 orang. Beberapa Kecamatan dengan jumlah balita stunting tertinggi Tahun 2023 adalah Kecamatan Kendari Barat, Kendari dan Puuwatu tetapi ada 1 Kecamatan yang mengalami penurunan balita stunting dari tahun 2021-2023 yakni Kecamatan Mandonga. Sebaran jumlah balita stunting yang meningkat menunjukkan masih tingginya masalah gizi dan faktor determinan pada balita yang ditemui di wilayah tersebut dan perlu terus dilakukan intervensi gizi spesifik dan sensitif.
Gambaran Kondisi Stunting Kota Kendari
A. Faktor Determinan Yang Memerlukan Perhatian
Dari gambaran sebaran angka stunting di kecamatan ditemukan faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam intervensi status gizi (stunting) pada Balita.
Beberapa Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam penurunan stunting di Kota Kendari yakni :
- Kebiasaan merokok, masih menjadi faktor determinan yang paling tinggi. Dari 415 Balita Stunting yang ada di Kota Kendari, 298 balita (71,81%) berasal dari keluarga yang memiliki kebiasaan merokok. Dari 11 Kecamatan yang ada di Kota Kendari, 3 (tiga) Kecamatan dengan persentase balita stunting dari keluarga yang merokok paling tinggi yakni Kecamatan Abeli (94,29%) disusul Kecamatan Wua-Wua (93,10%) dan Kecamatan Kadia (85,71%).
- Tidak memiliki kartu BPJS, sebanyak 228 balita stunting (54,94%) belum memiliki Kartu BPJS.Kecamatan tertinggi dengan permasalahan belum memiliki kartu BPJS terdapat di Kecamatan Wua-Wua (86,21%), Kecamatan Kendari (63,29%) dan Kecamatan Poasia (61,11%).
- Riwayat Pemeriksaan Kehamilan, sebanyak 41 balita (9,88%) stunting lahir dari ibu dengan riwayat tidak memeriksakan kehamilannya sesuai standar (minimal 6 kali) selama masa kehamilan. Kecamatan Mandonga menjadi kecamatan tertinggi dengan riwayat ibu tidak memeriksakan kehamilannya minimal 6 kali (27,27%), disusul Kecamatan Abeli (25,71%) dan Kecamatan Kendari Barat (20,56%).
- Adanya Penyakit Penyerta, terdapat 20 Balita Stunting (4,82%) yang memiliki penyakit penyerta.Kecamatan tertinggi dengan Balita Stunting yang memiliki penyakit penyerta terdapat di Kecamatan Poasia (22,22%), Kecamatan Nambo (16,67%) dan Kecamatan Baruga (12,00%).
- Kecacingan, terdapat 1 Balita Stunting (0,24%) yang mengalami kecacingan. Balita stunting yang mengalami kecacingan terdapat di Kecamatan Puuwatu.Kecamatan tertinggi dengan Balita Stunting yang memiliki penyakit penyerta terdapat di Kecamatan Poasia (22,22%), Kecamatan Nambo (16,67%) dan Kecamatan Baruga (12,00%).
Dari 5 (lima) faktor determinan yang masih menjadi kendala terbesar adalah kebiasaan merokok, kepemilikan Kartu BPJS, Riwayat pemeriksaan kehamilan ibu dan penyakit penyerta.
B. Perilaku Kunci RT 1000 Hari Pertama Kehidupan yang masih bermasalah
Dinas Kesehatan bersama dengan Puskesmas juga telah melakukan monitoring sekaligus anallisis masalah yang terjadi hingga di Kelurahan. Hasil monitoring menunjukkan Pola Asuh Balita dengan masih banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif, Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi, Pelayanan Kesehatan Ibu hamil (ANC) sesuai standar dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat terutama Perilaku Merokok dan kepemilikan Kartu BPJS masih membutuhkan intervensi dan pembinaan secara masif. Intervensi spesifik yang telah dilakukan pada Tahun 2023, Ibu Hamil mendapatkan tablet tambah darah sebanyak minimal 90 tablet selama kehamilan, Ibu hamil Kurang Energi Kronis dan Balita Gizi Kurang mendapatkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan), Edukasi Pemberian ASI Ekslusif pada bayi, Remaja Putri yan mengonsumsi Tablet Tambah Darah, Anak Usia 6-23 bulan yang mendapatkn MP-ASI, balita gizi yang mendapatkan tata laksana gizi buruk. Di Kelurahan melalui posyandu telah berjalan pelayanan Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil, pelaksanaan kelas ibu hamil, kelas ibu balita dan pelayanan di posyandu balita yang rutin setiap bulannya untuk memantau tumbuh kembang balita dan memantau kesehatan ibu hamil.
C. Kelompok Sasaran Berisiko
Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain Remaja Putri, Calon Pengantin, Ibu hamil, Ibu Nifas, Bayi, dan Anak Usia Bawah Dua tahun (Baduta). Remaja Putri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, bayi yang dikandungpun dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk mendapatkan ASI eksklusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal.
Pemerintah Kota Kendari terus berupaya guna menurunkan angka stunting melalui intervensi di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), antara lain dengan sosialisasi ASI-Eksklusif dan IMD, pendidikan gizi untuk ibu hamil di kelas ibu hamil, pemberian TTD untuk ibu hamil, Konseling Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), sosialisasi GEMARIKAN, Pelaksanaan Posyandu, program penyehatan lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi. Selain itu Pemerintah Kota Kendari melalui Gerakan Orang Tua Asuh memberikan bantuan secara rutin kepada keluarga dengan baduta stunting dan ibu hamil KEK. Kegiatan kunjungan rumah pun terus dilakukan agar balita dan ibu hamil beresiko dapat terpantau kesehatan, pertumbuhan dan perkembangannya.
Meski berbagai intervensi gizi spesifik di bidang kesehatan telah banyak dilakukan, namun belum mampu menurunkan jumlah balita stunting dan Prevalensi Stunting di Kota Kendari khususnya di beberapa Kecamatan di atas. Oleh karena itu perlu peningkatan Konvergensi dan komitmen lintas sektor dan lintas program dalam melaksanakan intervensi gizi baik spesifik maupun sensitif dalam upaya penanganan stunting di Kota Kendari. Khususnya upaya pencegahan yang dimulai dari kelompok beresiko seperti remaja puteri, peran Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga sangat diperlukan dengan optimalisasi pelaksanaan Aksi Bergizi di Sekolah melalui kegiatan minum Tablet Tambah Darah bersama secara rutin, yang dimulai dengan pelaksanaan aktivitas fisik, sarapan sehat bersama dan Edukasi. Kemudian Sinergitas dengan Kementerian Agama dalam hal pencatatan dan bimbingan perkawinan bagi Calon Pengantin dan pelayanan kesehatan secara terintegrasi sehingga diharapkan tidak ada lagi Calon Pengantin yang masuk kategori Belum Siap Nikah.
Termasuk Peran semua lintas sektor dan program, semua organisasi profesi, Pemerintah Kecamatan, Kelurahan dan masyarakat umumnya perlu dimaksimalkan dalam mendukung gerakan pencegahan dan penurunan stunting di Kota Kendari.