Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting (Sumber : Dinas Kesehatan Kota Kendari)
Kendarikota.go.id – Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang badan atau tinggi badannya berada di bawah standar deviasi. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK) seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor kekurangan gizi yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha dan masyarakat. Pada Tahun 2024, Pemerintah Kota Kendari telah mengadakan Rembuk Stunting dan Penggalangan Komitmen dalam upaya penanggulangan stunting. Tahapan aksi konvergensi telah dilakukan, salah satunya dengan menetapkan 24 Kelurahan lokus stunting tahun 2025 berdasarkan SK Walikota Kendari Nomor 253 tahun 2024 untuk diberikan intervensi spesifik dan sensitif di wilayah tersebut.
Perkembangan Prevalensi Stunting di Kota Kendari tiga tahun terakhir (tahun 2022-2024) cenderung meningkat, secara umum prevalensi stunting mengalami peningkatan yakni tahun 2022 sebesar 1,40%, kemudian sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2023 yakni 1,69% serta meningkat 2,06% di tahun 2024. Gambaran Prevalensi Stunting di Kota Kendari dapat dilihat pada grafik berikut :
GRAFIK 1. TREND PREVALENSI BALITA STUNTING PER KECAMATAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2022 – 2024

Sumber: Data E-PPGBM Puskesmas Bulan Agustus Tahun 2022, 2023 dan 2024
Berdasarkan grafik di atas, dari 11 Kecamatan di Kota Kendari tahun 2022 pervalensi stunting tertinggi terjadi di Kecamatan Kendari yakni 2,73%, disusul Kecamatan Wua-Wua 2,34% dan Kecamatan Puuwatu 2,06%. Pada Tahun 2023 Prevalensi tertinggi terjadi di Kecamatan Kendari Barat yakni 3,53%, disusul Kecamatan Kendari 3,26% dan di urutan ketiga Kecamatan Abeli yakni 2,90%, kemudian di tahun 2024 prevalensi tertinggi masih di Kecamatan Kendari yaitu 4,50%, disusul Kecamatan Abeli 3,88% dan Kecamatan Kendari Barat 3,53%. Jadi terdapat 5 Kecamatan dengan angka prevalensi stunting tertinggi tahun 2022-2024 yaitu Kecamatan Kendari, Kendari Barat, Abeli, Wua-Wua dan Puuwatu.
Berdasarkan hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 prevalensi stunting Kota Kendari sebesar 24% kemudian menurun menjadi 19,5% di tahun 2022 dan meningkat lagi menjadi 25,7% di tahun 2023, sedangkan tahun 2024 sementara dilakukan survei (pengumpulan data) . Adanya perbedaan prevalensi stunting antara E-PPGBM dan SSGI tersebut tidak menjadi hal yang perlu diperdebatkan karena masing-masing menggunakan metode yang berbeda. Hasil pengukuran berdasarkan E-PPGBM merupakan hasil pengukuran berbasis pelayanan baik di posyandu maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan dilakukan setiap bulan dengan semua sasaran yang ada di wilayah Kota Kendari, sedangkan SSGI berbasis survei dan dilakukan pada periode waktu tertentu dengan jumlah sampel yang sudah ditentukan.
GRAFIK 2. TREND PREVALENSI BALITA STUNTING KOTA KENDARI BERDASARKAN HASIL SSGI TAHUN 2021 – 2023

Sumber : SSGI Tahun 2021, 2022, 2023
GRAFIK 3. TREND PERKEMBANGAN JUMLAH BALITA STUNTING PER-KECAMATAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2022 – 2024
Sebaran Balita Stunting Per-Kecamatan di Kota Kendari Tahun 2020-2023 dapat dilihat pada grafik berikut :

Sumber: Data E-PPGBM Puskesmas Bulan Agustus Tahun 2022, 2023 dan 2024
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah balita Stunting di Kota Kendari rata-rata mengalami peningkatan dari Tahun 2022 ke Tahun 2023 yaitu dari 365 balita menjadi 451 balita dan di Tahun 2024 juga mengalami peningkatan yaitu 549 orang. Beberapa Kecamatan dengan jumlah balita stunting tertinggi Tahun 2024 adalah Kecamatan Kendari 111 balita, Kendari Barat 94 balita dan Puuwatu 80 balita. Sebaran jumlah balita stunting yang meningkat menunjukkan masih tingginya masalah gizi dan faktor determinan pada balita yang ditemui di wilayah tersebut dan perlu terus dilakukan intervensi spesifik dan sensitif.
Gambaran Kondisi Stunting Kota Kendari
- Faktor Determinan Yang Memerlukan Perhatian
Dari gambaran sebaran angka stunting di kecamatan ditemukan faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam intervensi status gizi (stunting) pada Balita.
Beberapa Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam penurunan stunting di Kota Kendari yakni :
- Kebiasaan merokok, masih menjadi faktor determinan yang paling tinggi. Dari 549 Balita Stunting yang ada di Kota Kendari, 359 balita (65,4%) berasal dari keluarga yang memiliki kebiasaan merokok. Dari 11 Kecamatan yang ada di Kota Kendari, 3 (tiga) Kecamatan dengan persentase balita stunting dari keluarga yang merokok paling tinggi yakni Kecamatan Kendari (93 balita) disusul Kecamatan Kendari Barat (61 balita) dan Kecamatan Abeli (46 balita).
- Tidak memiliki kartu BPJS, sebanyak 260 balita stunting (47,4%) belum memiliki Kartu BPJS.
Kecamatan tertinggi dengan permasalahan belum memiliki kartu BPJS terdapat di Kecamatan Kendari Barat (76 balita), Kecamatan Kendari (49 balita) dan Kecamatan Puuwatu (48 balita)
- ASI Eksklusif, sebanyak 239 balita (43,53%) balita stunting tidak mendapatkan ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan. Kecamatan Kendari menjadi kecamatan tertinggi dengan balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif (79 balita), disusul Kecamatan Abeli (38 balita) dan Kecamatan Kendari Barat (34 balita).
- Riwayat Pemeriksaan Kehamilan, sebanyak 101 balita (18,4%) stunting lahir dari ibu dengan riwayat tidak memeriksakan kehamilannya sesuai standar (minimal 6 kali) selama masa kehamilan. Kecamatan Kendari Barat menjadi kecamatan tertinggi dengan riwayat ibu tidak memeriksakan kehamilannya minimal 6 kali (28 balita), disusul Kecamatan Nambo (14 balita) dan Kecamatan Abeli (13 balita).
- Status Imunisasi, terdapat 86 Balita Stunting (15,7%) yang tidam mendapatkan imunisasi dasar lengkap (IDL).
Kecamatan tertinggi dengan Balita Stunting yang status imunisasinya tidak lengkap terdapat di Kecamatan Wua-Wua (33 balita), Kecamatan Kendari Barat (16 balita) dan Kecamatan Abeli (13 balita).
Dari 5 (lima) faktor determinan yang masih menjadi kendala terbesar adalah kebiasaan merokok, kepemilikan Kartu BPJS, ASI Eksklusif, riwayat pemeriksaan kehamilan ibu dan status imunisasi
- Perilaku Kunci RT 1000 Hari Pertama Kehidupan yang masih bermasalah
Dinas Kesehatan bersama dengan Puskesmas juga telah melakukan monitoring sekaligus anallisis masalah yang terjadi hingga di Kelurahan. Hasil monitoring menunjukkan Pola Asuh Balita dengan masih banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif, Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi, Pelayanan Kesehatan Ibu hamil (ANC) sesuai standar dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat terutama Perilaku Merokok dan kepemilikan Kartu BPJS masih membutuhkan intervensi dan pembinaan secara masif. Intervensi spesifik yang telah dilakukan pada tahun 2024, Ibu Hamil mendapatkan tablet tambah darah sebanyak minimal 90 tablet selama kehamilan, Ibu hamil Kurang Energi Kronis dan Balita Gizi Kurang mendapatkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan), Edukasi Pemberian ASI Ekslusif pada bayi, Remaja Putri yan mengonsumsi Tablet Tambah Darah, Anak Usia 6-23 bulan yang mendapatkn MP-ASI, balita gizi yang mendapatkan tata laksana gizi buruk. Di Kelurahan melalui posyandu telah berjalan pelayanan Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil, pelaksanaan kelas ibu hamil, kelas ibu balita dan pelayanan di posyandu balita yang rutin setiap bulannya untuk memantau tumbuh kembang balita dan memantau kesehatan ibu hamil.
- Kelompok Sasaran Berisiko
Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain Remaja Putri, Calon Pengantin, Ibu hamil, Ibu Nifas, Bayi, dan Anak Usia Bawah Dua tahun (Baduta). Remaja Putri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, bayi yang dikandungpun dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk mendapatkan ASI eksklusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal.
Pemerintah Kota Kendari terus berupaya guna menurunkan angka stunting melalui intervensi di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), antara lain dengan sosialisasi ASI-Eksklusif dan IMD, pendidikan gizi untuk ibu hamil di kelas ibu hamil, pemberian TTD untuk ibu hamil, Konseling Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), sosialisasi GEMARIKAN, Pelaksanaan Posyandu, program penyehatan lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi. Selain itu Pemerintah Kota Kendari melalui Gerakan Orang Tua Asuh memberikan bantuan secara rutin kepada keluarga dengan baduta stunting dan ibu hamil KEK. Kegiatan kunjungan rumah pun terus dilakukan agar balita dan ibu hamil beresiko dapat terpantau kesehatan, pertumbuhan dan perkembangannya.
Meski berbagai intervensi gizi spesifik di bidang kesehatan telah banyak dilakukan, namun belum mampu menurunkan jumlah balita stunting dan Prevalensi Stunting di Kota Kendari khususnya di beberapa Kecamatan di atas. Oleh karena itu perlu peningkatan Konvergensi dan komitmen lintas sektor dan lintas program dalam melaksanakan intervensi gizi baik spesifik maupun sensitif dalam upaya penanganan stunting di Kota Kendari. Khususnya upaya pencegahan yang dimulai dari kelompok beresiko seperti remaja puteri, peran Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga sangat diperlukan dengan optimalisasi pelaksanaan Aksi Bergizi di Sekolah melalui kegiatan minum Tablet Tambah Darah bersama secara rutin, yang dimulai dengan pelaksanaan aktivitas fisik, sarapan sehat bersama dan Edukasi. Kemudian Sinergitas dengan Kementerian Agama dalam hal pencatatan dan bimbingan perkawinan bagi Calon Pengantin dan pelayanan kesehatan secara terintegrasi sehingga diharapkan tidak ada lagi Calon Pengantin yang masuk kategori Belum Siap Nikah.
Termasuk Peran semua lintas sektor dan program, semua organisasi profesi, Pemerintah Kecamatan, Kelurahan dan masyarakat umumnya perlu dimaksimalkan dalam mendukung gerakan pencegahan dan penurunan stunting di Kota Kendari.